Sabtu, 07 Januari 2012

cara mengajarkan disiplin kepada anak


Cara Mengajarkan Disiplin Pada Anak
Tahukah para pembaca Berita Artis Cara Mengajarkan Disiplin Pada Anak dan waktu yang tepat Mengajarkan disiplin yang anak harus dimulai sejak dini. Tak hanya anak yang harus konsisten menjalani, orang tua pun harus siap menjadi model utamanya. Pelajaran kedisiplinan sejak dini dalam keluarga memberikan kontribusi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Kenapa? Karena ada syarat yang harus Anda penuhi sebagai orangtua, sekaligus menyumbangkan banyak hal positif dalam diri anak.

Orangtua sudah waktunya menularkan virus disiplin sejak dini agar nilai positif tertanam dalam diri anak Anda, demikian menurut Heny Supolo Sitepu, MA, pakar pendidikan dari Yayasan Cahaya Guru. Sederhananya anak Anda akan tumbuh menjadi anak yang:

* Terbiasa menggunakan waktu dan kesempatan dengan sebaik-baiknya.
* Memiliki kesiapan untuk bermasyarakat, menggunakan kepentingan bersama di atas kepentingan individu.
* Memiliki kepekaan terhadap lingkungannya.
* Memiliki kemampuan penyesuaian diri dengan latar belakang dan kondisi berbeda.
* Menghargai sesama.
* Menerima perbedaan.
* Jujur.
* Mampu bekerja sama.
* Bertanggungjawab atas kesalahan yang diperbuat, dan berani memperbaiki.

Untuk menjadikan anak seperti dijelaskan di atas, sebagai orangtua Anda harus memenuhi syarat utamanya yaitu:
1. Konsisten memberikan contoh dalam keseharian.
2. Konsisten memberi kesempatan pada anak untuk berbuat kesalahan agar anak belajar dari kesalahan dan memperbaikinya.
3. Memahami dengan baik apa alasan utama dari pentingnya kedisiplinan.
4. Pembiasaan untuk melakukan kesepakatan bersama dengan anak mengenai bentuk kedisiplinan. Termasuk dalam menentukan jenis hukuman yang harus mencerminkan proses pembelajaran dalam diri anak.
5. Mengakui kesalahan dan minta maaf kepada anak jika orangtua menyesali ekspresi kemarahan ketika memberi hukuman pada anak.
6. Bertanggungjawab dengan memperbaiki kesalahan yang dilakukan orangtua terhadap anak ketika memberi hukuman, sekaligus menjelaskan bahwa Anda sebagai orangtua kecewa dengan ketidakdisiplinan anak.

Jadi, persiapkan diri Anda sebagai orangtua untuk memulai pelajaran disiplin dalam rumah, sebelum menularkannya pada anak tercinta. Semoga Cara Mengajarkan Disiplin Pada Anak ini Bisa menjadi tambahan ilmu untuk kita semua para orang tua. Salam

10 kesalahan mendidik anak



CARA MENDIDIK ANAK | TIPS ORANG TUA MENDIDIK ANAK



Prinsip pertama dalam pendekatan RPM3 ini tampaknya mudah. Akan tetapi, memberi respon lebih dari sekedar memberi anak-anak kita perhatian. Memberikan respon mencakup dua hal. Pertama, kita harus yakin bahwa kita sedang memberi respon terhadap anak-anak, bukan sedang bereaksi. Kedua, kita harus yakin bahwa respon kita tepat, tidak berlebihan atau tidak proporsional, sangat minimal atau sangat terlambat.

Apakah kita bereaksi atau berespon terhadap anak kita?
Banyak orangtua bereaksi terhadap anak-anaknya. Mereka menjawab dengan kata-kata, perasaan, atau tindakan yang pertama kali muncul dalam benaknya. Ini merupakan sesuatu yang normal terjadi, terutama jika semua orang di sekitarnya melakukan hal yang sama setiap harinya.

Waktu yang kita miliki antara menyaksikan sebuah peristiwa dengan bertindak, berbicara, atau berperasaan sangat penting bagi hubungan kita dengan anak-anak k
ketika kita bereaksi, kita tidak memikirkan hasil yang apa kita kehendaki dari sebuah kejadian atau tindakan. Bahkan lebih dari itu, jika kita bereaksi, kita tidak dapat memilih cara terbaik untuk mencapai hasil yang kita inginkan.
Memberikan respon terhadap anak-anak kita itu artinya kita mengambil waktu sejenak untuk memikirkan sebenarnya apa yang sedang terjadi sebelum kita berbicara, berperasaan, atau bertindak sesuatu. Memberikan respon lebih sulit daripada bereaksi karena menuntut lebih banyak waktu dan usaha.
Waktu yang kita ambil antara melihat peristiwa dan bertindak, berbicara, atau berperasaan sangat penting bagi hubungan kita dengan anak-anak kita. Waktu tersebut, apakah beberapa detik, lima menit, satu hari atau dua hari, memungkinkan kita melihat sesuatu dengan lebih jelas, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang kita kehendaki dari anak-anak di masa yang akan datang.
Apakah yang dimaksud dengan sebuah respon yang tepat?
Sebuah respon dikatakan tepat jika respon tersebut sesuai dengan situasi. Usia anak kita dan informasi-informasi khusus dari sebuah peristiwa adalah penting dalam memutuskan apakah sebuah respon dikatakan tepat. Sebagai contoh, respon yang tepat untuk seorang bayi yang sedang menangis menjadi tidak pas jika diberikan respon yang serupa pada anak usia 4 atau 10 tahun yang juga sedang menangis. Ketepatan respon terhadap anak yang sedang berlari tergantung pada situasi, apakah anak tersebut sedang berlari menuju jalan yang ramai kendaraan atau sedang berlari menuju tempat bermain. Kebutuhan-kebutuhan fisik atau emosional anak-anak kita juga mempengaruhi apakah respon yang kita berikan sudah tepat atau tidak.
Berespon terhadap anak kita dalam cara-cara yang tepat memungkinkan kita untuk:
§ Berpikir tentang semua pilihan sebelum kita mengambil sebuah keputusan.
Ini akan membantu kita memilih cara yang terbaik dari situasi sekarang untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan. Mengambil waktu sejenak untuk melihat sebuah masalah dari berbagai sisi, sebagai contoh, membuat kita memiliki kemungkinan untuk memilih respon yang paling tepat. Jika situasi-situasi seperti ini sering terjadi, maka respon kita—pikiran—dapat menjadi otomatis, seperti halnya saat kita menggendong bayi yang sedang menangis
§ Menjawab sejumlah pertanyaan mendasar:
Apakah ucapan kita sesuai dengan apa yang sedang kita pikirkan? Apakah tindakan kita sesuai dengan ucapan kita? Apakah emosi kita terlibat dalam cara kita mengambil keputusan? Apakah kita tahu alasan-alasan yang mendasari perilaku anak-anak kita?
§ Mempertimbangan peristiwa sebelumnya yang serupa dan mengingatkan kembali bagaimana kita menangani peristiwa tersebut
Mengingatkan kepada anak-anak kita atas kejadian di waktu yang lalu dan bagaimana akibatnya akan menunjukkan kepada mereka bahwa kita benar-benar memikirkan keputusan yang diambil. Kita dapat menggunakan pengalaman masa lalu kita untuk menilai situasi sekarang, memutuskan hasil seperti apa yang kita kehendaki, dan menunjukkan bagaimana cara mencapai hasil tersebut.
§ Menjadi orangtua yang lebih konsisten
Anak-anak akan tahu bahwa kita tidak asal-asalan dalam membuat keputusan, terutama jika kita menjelaskan mengapa kita memilih untuk membuat keputusan tersebut. Anak-anak kemungkinan besar akan datang kepada kita dengan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang mereka hadapi jika mereka tahu apa yang kita harapkan dari mereka. Respon-respon yang penuh kehangatan, kepekaan dan kepedulian akan meningkatkan kemungkinan anak-anak untuk datang kepada kita dengan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah tersebut. Ingat, bahwa menjadi orangtua yang konsisten tidak berarti kita menjadi orangtua yang kaku.
§ Memberikan contoh bagaimana membuat sebuah keputusan yang bermakna
Sejalan dengan bertambahnya usia anak-anak kita, mereka akan mengetahui proses pembuatan keputusan yang kita lakukan dan menghargai waktu yang kita butuhkan dalam membuat keputusan tersebut. Anak-anak kita mungkin menjadikan itu sebagai pola bagi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan.
§ Membangun ikatan kepercayaan yang solid dan fleksibel antara kita dan anak-anak kita
Ikatan yang solid akan tahan terhadap berbagai situasi. Ikatan yang fleksibel memungkinkan anak-anak kita mampu bertahan menghadapi setiap perubahan, termasuk perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam hubungan kita dengan anak-anak.

responding menanggapi anak yang tepat

Prinsip pertama dalam pendekatan RPM3 ini tampaknya mudah. Akan tetapi, memberi respon lebih dari sekedar memberi anak-anak kita perhatian. Memberikan respon mencakup dua hal. Pertama, kita harus yakin bahwa kita sedang memberi respon terhadap anak-anak, bukan sedang bereaksi. Kedua, kita harus yakin bahwa respon kita tepat, tidak berlebihan atau tidak proporsional, sangat minimal atau sangat terlambat.
Apakah kita bereaksi atau berespon terhadap anak kita?
Banyak orangtua bereaksi terhadap anak-anaknya. Mereka menjawab dengan kata-kata, perasaan, atau tindakan yang pertama kali muncul dalam benaknya. Ini merupakan sesuatu yang normal terjadi, terutama jika semua orang di sekitarnya melakukan hal yang sama setiap harinya.

Waktu yang kita miliki antara menyaksikan sebuah peristiwa dengan bertindak, berbicara, atau berperasaan sangat penting bagi hubungan kita dengan anak-anak k
ketika kita bereaksi, kita tidak memikirkan hasil yang apa kita kehendaki dari sebuah kejadian atau tindakan. Bahkan lebih dari itu, jika kita bereaksi, kita tidak dapat memilih cara terbaik untuk mencapai hasil yang kita inginkan.
Memberikan respon terhadap anak-anak kita itu artinya kita mengambil waktu sejenak untuk memikirkan sebenarnya apa yang sedang terjadi sebelum kita berbicara, berperasaan, atau bertindak sesuatu. Memberikan respon lebih sulit daripada bereaksi karena menuntut lebih banyak waktu dan usaha.
Waktu yang kita ambil antara melihat peristiwa dan bertindak, berbicara, atau berperasaan sangat penting bagi hubungan kita dengan anak-anak kita. Waktu tersebut, apakah beberapa detik, lima menit, satu hari atau dua hari, memungkinkan kita melihat sesuatu dengan lebih jelas, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang kita kehendaki dari anak-anak di masa yang akan datang.
Apakah yang dimaksud dengan sebuah respon yang tepat?
Sebuah respon dikatakan tepat jika respon tersebut sesuai dengan situasi. Usia anak kita dan informasi-informasi khusus dari sebuah peristiwa adalah penting dalam memutuskan apakah sebuah respon dikatakan tepat. Sebagai contoh, respon yang tepat untuk seorang bayi yang sedang menangis menjadi tidak pas jika diberikan respon yang serupa pada anak usia 4 atau 10 tahun yang juga sedang menangis. Ketepatan respon terhadap anak yang sedang berlari tergantung pada situasi, apakah anak tersebut sedang berlari menuju jalan yang ramai kendaraan atau sedang berlari menuju tempat bermain. Kebutuhan-kebutuhan fisik atau emosional anak-anak kita juga mempengaruhi apakah respon yang kita berikan sudah tepat atau tidak.
Berespon terhadap anak kita dalam cara-cara yang tepat memungkinkan kita untuk:
§ Berpikir tentang semua pilihan sebelum kita mengambil sebuah keputusan.
Ini akan membantu kita memilih cara yang terbaik dari situasi sekarang untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan. Mengambil waktu sejenak untuk melihat sebuah masalah dari berbagai sisi, sebagai contoh, membuat kita memiliki kemungkinan untuk memilih respon yang paling tepat. Jika situasi-situasi seperti ini sering terjadi, maka respon kita—pikiran—dapat menjadi otomatis, seperti halnya saat kita menggendong bayi yang sedang menangis
§ Menjawab sejumlah pertanyaan mendasar:
Apakah ucapan kita sesuai dengan apa yang sedang kita pikirkan? Apakah tindakan kita sesuai dengan ucapan kita? Apakah emosi kita terlibat dalam cara kita mengambil keputusan? Apakah kita tahu alasan-alasan yang mendasari perilaku anak-anak kita?
§ Mempertimbangan peristiwa sebelumnya yang serupa dan mengingatkan kembali bagaimana kita menangani peristiwa tersebut
Mengingatkan kepada anak-anak kita atas kejadian di waktu yang lalu dan bagaimana akibatnya akan menunjukkan kepada mereka bahwa kita benar-benar memikirkan keputusan yang diambil. Kita dapat menggunakan pengalaman masa lalu kita untuk menilai situasi sekarang, memutuskan hasil seperti apa yang kita kehendaki, dan menunjukkan bagaimana cara mencapai hasil tersebut.
§ Menjadi orangtua yang lebih konsisten
Anak-anak akan tahu bahwa kita tidak asal-asalan dalam membuat keputusan, terutama jika kita menjelaskan mengapa kita memilih untuk membuat keputusan tersebut. Anak-anak kemungkinan besar akan datang kepada kita dengan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang mereka hadapi jika mereka tahu apa yang kita harapkan dari mereka. Respon-respon yang penuh kehangatan, kepekaan dan kepedulian akan meningkatkan kemungkinan anak-anak untuk datang kepada kita dengan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah tersebut. Ingat, bahwa menjadi orangtua yang konsisten tidak berarti kita menjadi orangtua yang kaku.
§ Memberikan contoh bagaimana membuat sebuah keputusan yang bermakna
Sejalan dengan bertambahnya usia anak-anak kita, mereka akan mengetahui proses pembuatan keputusan yang kita lakukan dan menghargai waktu yang kita butuhkan dalam membuat keputusan tersebut. Anak-anak kita mungkin menjadikan itu sebagai pola bagi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan.
§ Membangun ikatan kepercayaan yang solid dan fleksibel antara kita dan anak-anak kita
Ikatan yang solid akan tahan terhadap berbagai situasi. Ikatan yang fleksibel memungkinkan anak-anak kita mampu bertahan menghadapi setiap perubahan, termasuk perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam hubungan kita dengan anak-anak.

Jumat, 06 Januari 2012

8 cara melatih anak berbicara

Setiap orangtua pasti ingin mendengar kata-kata pertama yang diucapkan si kecil. Meskipun begitu, Anda tidak harus terburu-buru memintanya untuk menirukan kata-kata Anda. Biarkan ia berbicara pada saatnya, yang harus Anda lakukan adalah memancingnya untuk mau berbicara.
”Bayi usia 4-6 bulan sudah mulai mengeluarkan suara-suara, meskipun belum jelas,” ujar Mellisa Essenburg, MS, CC, SLP, speech pathologist dari San Diego.
Bayi usia 0-12 bulan memiliki tahap-tahap berbicara hingga ia bisa mengucapkan kata-kata yang memiliki arti. Hal ini dimulai pada usia 0-3 bulan, ketika bayi mengeluarkan suara seperti menangis dan tertawa. Usia 4-6 bulan, bayi akan mengeluarkan suara dua kata yang diulang-ulang seperti dadada, bababa, papapa. Usia 6-9 bulan, bayi akan mengabungkan beberapa kata.
Kemampuannya berbicara akan lebih meningkat di usia 10-12 bulan. Dia akan mulai menirukan kata-kata yang Anda ucapkan namun tidak persis sama. Kemampuannya berbicara akan semakin baik pada usia 10-18 bulan.
Berikut cara menggugah si kecil mau berbicara:
1. Tanggapi ocehannya
Si kecil mengeluarkan suara? Jangan ragu untuk menanggapinya. Anda bisa berpura-pura menanyakan maksud ocehannya sambil tertawa atau tersenyum. Perlihatkan wajah bahagia Anda, kemudian lihat reaksinya.
2. Tunjukkan ekspresi
Ajak ia untuk bercanda sambil berbicara. Contohnya dengan menggelitik, mencium, atau menggenggam tangannya. Bicarakan semua hal yang berhubungan dengan diri Anda atau si kecil. Contohnya, “Wah, adik pintar ya. Minum susunya sampai habis!”
3. Datangi saat menangis
Jangan berdiam diri saat melihat si kecil menangis. Datangi, Tatap matanya, lalu langsung tanyakan, misalnya, “Kenapa menangis, Nak?” Cara ini akan membuat si kecil paham, bahwa ketika ia menangis, ibu akan bertanya padanya. Maka, ia pun harus merespons dengan jawaban.
4. Ajak mengobrol
Ceritakan kegiatan yang sedang atau akan Anda lakukan bersamanya. Saat mengganti popoknya atau akan mengajaknya makan, katakan, misalnya, “Ayo kita ganti popok ya, sayang, udah basah nih”. Lalu ceritakan apa yang Anda sedang lakukan bersamanya. Si kecil akan makin terbiasa, dan mengerti saat Anda mengajaknya berbicara.
5. Menyanyi untuknya
Nyanyikan lagu saat Anda menggendongnya, mengajak tidur, atau mandi. Lakukan terus-menerus supaya si kecil terbiasa mendengarnya. Selanjutnya, ia akan mencoba menirukan Anda.
6. Membacakan cerita
Biasakan membacakan cerita sebelum si kecil tertidur. Otaknya akan merespons dan menyimpannya ke dalam memori saat ia tertidur. Pangku si kecil, perlihatkan buku cerita berwarna-warni, dan bacakan cerita. Si kecil akan langsung merespons dengan menunjuk buku yang Anda pegang.
7. Ceritakan kegiatannya
Contohnya saat ia menggenggam makanan, boneka, atau mainan lainnya. Sebutkan apa yang sedang dipegangnya, supaya ia belajar mengenali benda-benda. “Pegang apa itu, Nak? Boneka, ya?”. Atau, “Ibu bikin bubur nih, buat adik. Enak, kan?” Lakukan hal yang sama saat ia sedang melakukan aktivitasnya.
8. Terus mengulang
Lakukan terus hal-hal yang melibatkan Anda berdua dalam setiap kesempatan. Saat ia mulai menirukan suara Anda, ulangi juga kata-kata tersebut.

5 cara mendidik anak biar pintar

1. Jangan memarahi anak di depan umum. Salah. Itu dah bagian dari seseorang untuk melakukan kesalahan. Tapi indat jangan sekalipun memarahi anak di depan umum. Contohnya di depan teman nya atau di tempat ramai. Karna itu akan membuat nya malu dan minder serta akan membuat anak tidak pespec pada anda. 2. Jangan terlalu memanjakan anak. Sayang kepada anak bukan berarti harus memanjakan anak dengan memberikan segala keinginan dia. Sebagai orang tua bisa di pertimbangkan mana yg sekiranya keperluan anak itu bener penting dan berguna. Contoh nih. Jika anak bilang harus beli buku pelajaran,tanpa berfikir pun pasti akan anda belikan. Itu benar dan wajib karna buku itu kan membantu anak dalam belajar. Nah yg harus di pertimbangkan tuh contoh nya jika anak minta di belikan koleksi mainan yg komplit. Komplit dalam arti kata lengkap dari A_Z . Jika gak penting gak usah selalu di turuti untuk mainan. 3. Hemat. Ajari anak untuk berlaku hemat. Hemat di sini bukan dalam arti kata pelit ya. Maksudnya jika menggunakan sesuatu secukup nya saja jangan berlebihan. Contoh, jika memakai sabun mandi secukupnya jangan kebanyakan kan sia sia itu sabun. Dengan begitu anak akan tahu betapa pentingnya hemat. 4. Bekali anak dengan agama yg anda anut. Jadi anak tahu jika hidup itu tidak sekedar makan dan minum. Biar dia tahu hidup itu penuh arti. 5. Menabung. Ajari anak untuk menyisihkan sebagian uang saku untuk di tabung. Jadi dia bisa menabung sejak dini dan terbiasa . Dengan begitu dia akan bisa berhemat.       Kurang lebih nya begitu lah mendidik anak biar berguna bagi dunia dan akhirat. Selamat mencoba bagi yg sudah punya anak.